Pertemuan 4
Efek Induksi
Efek Induksi adalah tarikan kerapatan
elektron melalui obligasi disebabkan oleh perbedaan elektronegativitas dalam
atom. Sifat induksi terjadi karena adanya perbedaan keelektronegatifan. Gejala
elektrostatik diteruskan melalui rantai karbon. Efek induksi itu dapat dinyatakan dengan I+ dan
I- dimana I+ sebagai pendorong yang nanti akan melepaskan
elektron sedangkan I- sebagai penarik yang akan menerima elektron. Gugus pendorong electron (Gugus alkil yang
terikat pada gugus fungsi senyawa organik), dimana semakin besar alkil yang
terikat pada gugus fungsi akan mengakibatkan factor +I semakin besar. +
I menunjukkan kemampuan suatu gugus
untuk mendorong/menolak elektron lebih kuat
dari atom H. -I menunjukkan
kemampuan suatu gugus untuk menarik
elektron lebih kuat dari atom H.
Efek induksi bekerja melalui ruang dan ikatan sigma.
Makin jauh letak gugus/atom yang memiliki efek induksi, makin kecil pengaruhnya
terhadap polarisai ikatan.
Dalam suatu ikatan kovalen tunggal dari atom
yang tak sejenis, pasangan electron yang membentuk ikatan sigma, tidak pernah
terbagi secara merata di antara kedua atom. Electron memiliki kecenderungan
untuk tertarik sedikit ataupun banyak kearah atom yang lebih elektronegatif
dari keduanya.
Berikut ini urutan reaktifitas induksi
–I (penarik electron):
-Cl > -Br > -I > -OCH3 > -OH > -C6H5 > -CH+CH2 >
-H
Sifat induksi yang dimiliki sernyawa tersebut mempengaruhi reaktivitas molekul
senyawa organic tersebut. Berikut efek induksi dari beberapa gugus
yang terikat pada gugus fungsi senyawa organik :
Tabel 1. Efek induksi beberapa gugus
Contoh: senyawa asam karboksilat akan
mempengaruhi sifat keasaman senyawa asam karboksilat dan pada senyawa alkil
halide akan mempengaruhi gugus lepas pada reaksi substitusi dan eliminasi
sedangkan senyawa karbonil akan mempengaruhi jalannya reaksi adisi nukleofil,
dan sebagainya. Senyawa asam karboksilat seperti asam asetat dengan asam
ά-kloro asetat, sifat keasaman ke dua senyawa akan berbeda. Gugus metil CH3 pada
asam asetat bersifat +I (pendorong electron) sehingga atom C pada gugus
karboksilat lebih bermuatan positif yang menyebabkan sulit lepas daripada
asam ά-kloro asetat dan menjadi keasamannya akan berkurang (Ka kecil) tetapi
pKa besar. Sedangkan gugus Cl pada posisi ά pada asam ά-kloro asetat bersifat
sebagai –I (penarik electron) yang menyebabkan pada gugus karboksilat kurang
bermuatan positif sehingga H+ dari asam asetat mudah lepas maka keasaman
akan bertambah (Ka besar) dan pKa kecil.
Asam
metanoat lebih asam dari asam etanoat karena
pada asam etanoat terdapat gugus metil yang mempunyai kemampuan
mendorong elektron ikatan melalui ikatan sigma
(C-C-O-H) sehingga atom O menjadi relatif makin negatif, akibatnya atom
H sukar lepas sebagai H+, asamnya menjadi lebih lemah. Gugus CH3 mempunyai efek induksi mendorong elektron,
diberi simbol +I.
Asam
α-monoflouroetanoat lebih asam dari asam metanoat karena pada asam α-monoflouroetanooat terdapat gugus F
yang mempunyai kemampuan menarik elektron ikatan melalui ikatan sigma sehingga
atom O menjadi relatif makin positif, akibatnya atom H makin mudah lepas
sebagai H+, asamnya menjadi lebih kuat. Gugus F mempunyai efek induksi menarik
elektron diberi simbol -I
Untuk senyawa asam karboksilat yang mempunyai sifat induksi +I (pendorong
electron) yang semakin besar maka sifat keasaman senyawa akan berkurang,
sedangkan untuk senyawa asam karboksilat yang mempunyai sifat induksi -I
(penarik electron) yang semakin besar maka sifat keasaman senyawa akan
bertambah. Semakin jauh gugus penarik electron maka sifat keasaman senyawa asam
karboksilat akan berkurang.
Tabel 2. Harga pKa beberapa senyawa asam karboksilat:
Sumber :
ratnaningsih.staf.upi.edu/files/2011/08/LEC-2efek-induksi.pptx